Edit Template
Berita

Resmikan Gedung MA Nahdlatul Muslimin, Waka BPIP: Santri Pilar Indonesia Merdeka

Rakyat Merdeka – Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Karjono menyampaikan peran penting santri dalam meraih kemerdekaan. Menurutnya, santri adalah pilar kokoh Indonesia merdeka.  “Kita tidak boleh melupakan sejarah, seperti kata Bung Karno dalam Jas Merah, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Dan saat ini kita punya Jas Hijau, Jangan sekali-sekali melupakan jasa ulama,” kata Karjono, di acara peresmian gedung MA Nahdlatul Muslimin di Undaan Kidul, Kudus, Jawa Tengah, Minggu (30/7).  Di acara yang dihadiri 850 santri itu, Karjono juga menegaskan betapa pentingnya peran santri dan ulama sebagai tulang punggung negara. Karjono menyoroti jasa-jasa para ulama yang tak tergantikan dalam memerdekakan Bangsa Indonesia. Peran KH Hasyim Asy’ari seorang kyai besar PBNU, yang memimpin perlawanan sukses mengusir penjajah Belanda dari Tanah Air, menjadi inspirasi bagi para santri. “Kiai Hasyim Asy’ari mencatatkan sejarah dengan semangat, bahwa cinta Tanah Air adalah bagian dari iman, pesan ini harus dijunjung tinggi oleh warga negara Indonesia,” ucapnya. Tak hanya itu, Karjono juga menekankan Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa yang mengikat kita untuk saling mendukung dan menjaga keutuhan bangsa. Dalam melihat situasi yang kompleks di negeri ini, persatuan dan kesatuan adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan, seperti yang telah ditunjukkan oleh para pahlawan kita dari masa ke masa, mulai dari Sumpah Palapa yang disampaikan oleh Gajah Mada hingga Sumpah Pemuda, sampai Proklamasi oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Pancasila merupakan Suh (pemersatu lidi/sapu), artinya pemersatu bangsa, kalau tidak ada Suh ya akan bercerai berai.  “Mari kita tingkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, rasa saling menghargai dan rasa saling tolong-menolong, gotong royong karena tujuan kita sama, yaitu Indonesia bersatu, khususnya bagi kita umat beragama ke Tuhan Yang Maha Esa, dan kita harus senantiasa terbuka untuk mencari ilmu hangat dibatasi untuk mencari kebenaran sejati,” tambahnya. Dalam acara yang meriah ini, Karjono juga berbagi kisah inspiratif tentang Pancasila dalam tindakan. “Bahwa menjadi orang yang benar dan pintar merupakan hal yang lebih dihargai daripada sekadar pintar tanpa integritas,” ucapnya.  Di tengah kebahagiaan peresmian gedung tersebut, Karjono  juga mengungkapkan keprihatinan akan beberapa aspek yang melemah pasca reformasi, termasuk hilangnya mata ajar dan mata kuliah Pancasila di dunia pendidikan. Kabar yang sangat menggembirakan saat ini dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan,  dan Keputusan Mendikbudristek  tentang Penetapan Buku Referensi Utama Pendidikan Pancasila serta Keputusan Mendikbudristek Nomor tentang Penetapan Buku Teks Utama Pendidikan dan Pembinaan Ideologi Pancasila, untuk Pendidikan Anak Usia Dini,  Pendidikan Dasar dan Menengah.  Penetapan Buku Referensi Utama Pendidikan Pancasila, dan Penetapan Buku Teks Utama Pendidikan dan Pembinaan Ideologi Pancasila, untuk Pendidikan Anak Usia Dini,  Pendidikan Dasar dan Menengah dibuat BPIP bersama Kemendibudristek. Maka Karjono mengharapkan Bupati Kudus segera mewajibkan Pendidikan di wilayahnya menerapkan Pendidikan Pancasila. Pada kesempatan yang sama, pimpinan Darusalam, Qomarudin  menyambut hangat kehadiran pimpinan BPIP. Ia berharap acara tersebut dapat menghilangkan stigma negatif tak berdasar tentang pesantren sebagai sumber radikalisme dan intoleransi. Ia menegaskan  pesantren adalah lembaga pendidikan yang menyatukan pendidikan umum dan agama, sebagai wujud kebhinekaan dan kebersamaan. Sejuknya kerukunan berbeda tapi satu terpancar dari madrasah ini, memperlihatkan betapa pentingnya memahami perbedaan dan saling menghargai. “Semoga dalam kesempatan ini dan seterusnya, stigma negatif yang tak bertanggung jawab bisa dihilangkan, sehingga kebersamaan dan persaudaraan semakin kuat dan kokoh,” ujarnya. Qomaruddin juga bangga dengan BPIP karena semakin nampak sepak terjangnya di daerah,  juga Kudus merupakan Kota Wali dan Kota Santri yang mana tidak banyak pejabat tinggi datang ke Kudus.  “Lebih-lebih berkenan ziarah ke Sunan Kudus, tapi berbeda dengan BPIP semalam ziarah tiga wali,” pujinya.  Turut hadir dalam kegiatan tersebut Dirjen Bimas Buddha Supriyadi, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah, Musta’in Ahmad, Direktur Analisis dan Penyelarasan BPIP sekaligus Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Edi Subowo, Dirjen  Pendidikan Islam Kementerian Agama yang diwakili Kasubdit Kesiswaan Kemenag, Kepala Kantor Kemenag Kudus, Para Pejabat Fungsional, Administrator dan Pengawas, dan Para Kepala Sekolah.

Berita

Pesan Kakemenag Jawa Tengah, Jaga Trilogi Madrasah

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Di tengah perubahan zaman dan perkembangan teknologi, trilogi Madrasah menjadi pusat pendidikan yang harus dijaga kehadirannya. Trilogi atau watak dasar ini merupakan jati diri kekhasan madrasah. Demikian yang disampaikan Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah H. Muta’in Ahmad dalam acara Grand Meeting Khutbatul Arsy Pembinaan Ideologi Pancasila dan Peresmian Gedung Lt.3 di Madrasah dan Ponpes Nahdlatul Muslimin Undaan Kidul,Kudus pada, Ahad (30/7/2023). “Terdapat trilogi atau 3 watak dasar Madrasah yang memiliki peran penting untuk generasi muda. Watak ini tidak boleh hilang, watak ini adalah jati diri kekhasan kita. Ini adalah upaya menjaga apa yang sudah ada, apa yang selama ini menginspirasi khusunya di pendidikan agama,”ujarnya. Musta’in menyampaikan trilogi pertama adalah keIslaman dan keIndonesiaan. Disinilah terdapat dasar nilai keIslaman yaitu kesejukan dan kedamaian sebagaimana nama Islam itu sendiri. Kemudian ke Indonesiaan karena Islam tumbuh di Indonesia dengan dinamika yang sedemikian indah tanpa hiruk pikuk dan melahirkan semangat persaudaraan, gotong royong sebagai kekhasan bangsa Indonesia. “Persaudaraan ini kekhasan Indonesia dan kekhasan Indonesia itu adalah gotong royong. Dalam bahasa agama itu adalah ta’awun saling membantu saling menguatkan satu dengan yang lain. Ini yang harus terus di kembangkan karena ini watak dasar pendidikan agama kita,”kata Musta’in. Watak dasar Madrasah yang kedua yakni keilmuan dan kemoderenan. Dimana Madrasah dan Pondok Pesantren terus mengembangkan dan mengelaborasi ilmu. “Dengan demikian, ilmu tidak hanya menjawab kebutuhan masa kini tapi juga menjawab tantangan masa depan.”lanjutnya. Yang menjadi watak dasar Madrasah yang ketiga. terang Musta’in, sebagai lembaga pendidikan keagamaan didalamnya ada Pondok Pesantren dan sebagainya adalah adanya kemandirian dan keumatan. “Tiga watak atau trilogi ini kita harapkan harus tetap dijaga dan tidak terseret pada gaya pragmatisme hari ini,”ujar Musta’in. Di akhir ceramahnya, Musta’in mengajak  untuk memastikan lembaga pendidikan agama  menjadi tempat yang aman dan sehat bagi tumbuh kembangnya generasi-generasi muda dan calon-calon pemimpin masa depan. “Mereka tidak boleh terbebani persolan-persoalan apapun yang bentuknya berupa kekerasan, pelecehan, bullying, perundungan dan sebagainya yg membuat masa depan mereka terganggu, tugas kita para pengajar dan kita semua pelayan-pelayan di instansi pemerintah untuk memastikan ini,”jelasnya. Selain Musta’in, turut sebagai pembicara Karjono Atmo Harsono (wakil ketua BPIP), H.Muhammad Ali Ramdhani (Dirjen Pendis Kemenag RI) yang diwakili Imam Bukhori dan H. Qomaruddin (Ketua Yayasan). (M.Riska/adb)