Siswa MA Nahmus Pentaskan Wayang Klithik, Tampilkan Cerita Damar Wulan Dadi Rojo

Siswa MA Nahmus Pentaskan Wayang Klithik, Tampilkan Cerita Damar Wulan Dadi Rojo

Kudus, (16/05/24) – Siswa Madrasah Aliyah (MA) Nahdlatul Muslimin Undaan, Kudus, Jawa Tengah, menggelar pertunjukan wayang klithik pada Kamis, 16 Mei 2024. Acara ini digelar di halaman madrasah dan merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5P2RA).

Pertunjukan wayang klithik ini merupakan bentuk pelestarian budaya lokal, khususnya di Kecamatan Undaan, Kudus. Berbeda dengan wayang kulit yang terbuat dari kulit, wayang klithik terbuat dari kayu, meskipun bentuknya juga dua dimensi. Cerita yang diangkat pun berbeda, yaitu menceritakan sejarah Tanah Jawa, mulai dari Kerajaan Singosari, Kahuripan, Majapahit, hingga Demak Bintoro.

“Ceritanya dari Mataram kuno ke Mataram Islam. Mulai dari cerita Singosari, Kahuripan, Majapahit, maupun Demak Bintoro. Iringannya pun berbeda, wayang klithik Wonosoco menggunakan iringan Galak Ganjur,” ujar Sutikno, dalang wayang klithik Wonosoco yang melatih siswa MA Nahdlatul Muslimin.

Selain pertunjukan wayang klithik, acara ini juga diramaikan dengan bazar makanan tradisional yang didesain dengan nuansa Jawa klasik. Ketua panitia, Moh Jauharul Fanani, S.Pd., menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kreativitas siswa dalam mengimplementasikan P5P2RA. “Alhamdulillah, siswa-siswa senang dan banyak berkreasi dengan acara ini. Semoga tahun depan acaranya bisa lebih meriah karena yang terlibat sekarang hanya kelas X saja.’ Ujarnya.

Bapak Muhlisin, S.Pd.,M.Ag. Memberikan sambutan sebelum pementasan wayang klithik

Kepala Madrasah, Muhlisin, S.Ag., M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini mengusung tema kearifan lokal, mengangkat budaya khas Kecamatan Undaan, Kudus, yang masih dilestarikan di Desa Wonosoco.

“Semua pemain, penabuh gamelan, sinden, dan dalang adalah peserta didik kelas X. Ini adalah kegiatan P5P2RA yang kedua kalinya,” tambahnya.

Selain pertunjukan wayang klithik, acara juga dimeriahkan dengan bazar makanan tradisional yang dikemas secara modern. Hal ini bertujuan untuk mendorong kreatifitas siswa.

Pengawas Madrasah, Ibu Hj Chasnah,S.Pd.,M.Pd.I. foto bersama dengan pemain wayang klithik

Pengawas Madrasah, Hj. Chasnah, S.Pd., M.Pd.I., menyampaikan bahwa tradisi ini perlu dilestarikan karena merupakan warisan Walisongo. “Saya berharap agar nilai-nilai kehalusan dan kelembutan yang terkandung dalam seni karawitan dapat diimplementasikan dalam perilaku berakhlakul karimah.” Tuturnya.

Ibu Chasnah sedang meninjau bazar

Ruston Zetfi selaku Guru sekaligus pembimbing di MA NAHMUS, memberikan penjabaran terkait alasan khusus acara diselenggarakan “Siswa-siswi kelas 10  belajar cuman 8 kali untuk penampilan hari ini, berguru dan berlatih ke Desa Wonosoco dengan pengarahan dari pelatih serta pembimbing. Setelah pagelaran ini, insyallah akan ikut serta dalam lomba yang nantinya akan diselenggarakan oleh kementerian agama. Tidak menutup kemungkinan juga, harapan besar anak-anak dapat dipercaya masyarakat untuk tampil dan berkembang menjadi lebih baik lagi,” tambahnya.

Nafidz El Watsiq siswa kelas 10 yang berperan sebagai dalang, memberikan kesan pertamanya tampil di depan umum pada pagelaran wayang Klithik ini.

“Durasi pagelaran wayang tadi sekitar 50 menit, rasanya tidak percaya bisa memperagakan atau memainkan jadi dalang. Bahkan awalnya saya tidak mengenal apa-apa terkait dunia pewayangan, dan ternyata ini sangat mengesankan.  Selesainya pagelaran menjadikan saya berfikir, untuk meneruskan dasar skill saya menjadi dalang yang sesungguhnya.” tandasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh seluruh siswa, guru, dan pengawas madrasah. Dibuka dengan pukulan gong oleh Hj. Chasnah, S.Pd., M.Pd.I., Acara tersebut berhasil menarik perhatian dan antusiasme yang tinggi dari seluruh peserta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *